Total Pengunjung

Pages

       
   

Penyakit Menular Lyme Melalui Hewan


Penyakit Lyme (Lyme disease) adalah salah satu jenis penyakit menular pada manusia dan hewan dengan perantara (vektor) berupa kutu. Penyakit ini diberi nama Lyme dari kata Old Lyme, suatu kotadi Connecticut dimana kasus ini pertama kali ditemukan. Penyakit ini disebabkan oleh Borrelia burgdoferi, bakteri dari golongan Spirochetes, dan disebarkan secara luas oleh kutu Ixodes scapularis. Kutu tersebut umumnya menghisap darah burung, hewan peliharaan, hewan liar, dan juga manusia.


Epidemologi
Ixodes scapularis, vektor pembawa penyakit Lyme.

Pada beberapa daerah di Amerika, penyakit Lyme tidak hanya ditularkan oleh kutu Ixodes scapularis, tetapi juga oleh tikus dan kutu Ixodes paficius. Di Eropa, spesies Borrelia lainnya yaitu B. garinii juga mampu menyebabkan penyakit dengan gejala yang mirip seperti penyakit Lyme. Penularan penyakit tersebut di daerah Eropa dilakukan dengan vektor berupa kutu I. ricinus. Di daerah Asia, penyakit Lyme disebabkan oleh B. afzelii melalui perantaraan I. persulcatus. Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa distribusi penyakit ini sangat luas dan ditransmisikan ke manusia via golongan Borrelia dan berbagai jenis kutu yang berbeda spesiesnya, tergantung pada wilayah masing-masing.

Patologi
Gejala erythema migrans pada penderita penyakit Lyme.
Sel B. burgdorferi ditransmisikan ke manusia saat kutu sedang menghisap darah manusia. Gejala utama dari penyakit ini adalah sakit kepala, sakit punggung, dingin, dan kelelahan. Pada 75 persen kasus penyakit Lyme, ditemukan adanya bintik merah yang lebar pada daerah sekitar tempat kutu mengigit manusia yang disebut erythema migrans. Saat gejala awal timbul, penyakit ini dapat diatasi dengan tetrasiklin atau penisilin, namun apabila tidak diobati maka penyakit akan akan berkembang ke tingkat kronis yang dimulai beberapa minggu atau bulan setelah digigit kutu. Penyakit Lyme kronis ditandai dengan artritis dan gangguan neurologis seperti kelumpuhan, kelemahan pada beberapa bagian anggota badan, serta dapat terjadi kerusakan jantung. 
Apabila tetap tidak ditangani, sel B. burgdorferi dapat dapat menginfeksi sistem saraf pusat dan dorman hingga terjadi gejala klinis lainnya yang meliputi gangguan penglihatan, kejang, dan kelumpuhan wajah. Sebagian gejala penyakit Lyme mirip dengan penyakit sifilis, namun penyakit Lyme tidak ditularkan melalui hubungan seks atau kontak fisik lainnya, berbeda dengan penyakit sifilis. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian B. burgdorferi ikut keluar dari tubuh penderita melalui urin dan penularan pada hewan diduga banyak terjadi melalui urin yang terinfeksi.

Diagnosis
Berbagai uji serologis seperti ELISA dan pewarnaan fluoresensi dapat dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap B. burgdorferi yang muncul 4-6 minggu setelah infeksi terjadi. Namun, uji serologis yang paling efektif saat ini adalah western blot, ini dikarenakan keberadaan antibodi B. burgdorferi dapat dideteksi mulai dari infeksi pertama kali diderita hingga beberapa tahun setelahnya. Setelah beberapa tahun, tubuh tidak lagi menghasilkan antibodi terhadap bakteri tersebut karena bakteri itu laten di dalam tubuh. 
Untuk mendeteksi B. burgdorferi dari cairan tubuh dan jaringan, dapat digunakan reaksi berantai polimerase (PCR) yang relatif sensitif dan cepat. Namun, metode PCR tidak mampu membedakan antar sel B. burgdorferi yang masih hidup atau sudah mati di dalam tubuh.  
Sebagian tesmikrobiologi dengan mengkultur B.burgdorferi dari bagian erythemamigrans juga dapat dilakukan namun jarang sekali karena B.burgdorferimemerlukan media yang kompleks dan spesifik untuk pertumbuhannya. 
Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik ketika gejala-gejala awal penyakit ini muncul dan pasien pernah digigit kutu dalam waktu dekat kemudian diikuti dengan kemunculan erythema migrans.

Pengobatan dan Pencegahan
Untuk mencegah gigitan kutu pada kulit dan dari pakaian, dapat digunakan senyawa penangkal kutu berupa dietil-m-toluamida (DEET). Vaksin untuk penyakit Lyme juga telah dikembangkan dan terutama diperuntukkan untuk hewan. Untuk mengobati infeksi penyakit ini, dapat digunakan doksisiklin (senyawa turunan tetrasiklin), atau amoksisilin (antibiotik beta-laktam) selama 20-30 hari. Apabila penyakit telah memasuki fase kronis maka dapat digunakan penisilin atau ceftriaxone dalam dosis tinggi yang disertai dengan probenicid, senyawa kimia yang dapat mempertahankan serum antibiotik di dalam tubuh hingga 30 hari.

Index

 
jika ingin menyalin sebagian atau keseluruhan isi halaman ini, mohon cantumkan sumber alamat tautan ini