Maksud hati ingin mendidik anak supaya lebih disiplin, kuat dan bersikap
baik di muka umum akan tetapi kok hasilnya selalu gagal. Sebenarnya kata-kata
yang Anda pilih itu memengaruhi anak buat mematuhi Anda atau justru mengacuhkan.
1. "Jangan nangis"
Variasi kalimat yang lain: "Jangan sedih." "Jangan
cengeng." "Jangan takut." Tapi anak-anak balita saat marah,
takut, kesal pun menangis. Mereka tidak bisa selalu mengartikulasikan perasaan
mereka dengan kata-kata. "Hal yang sangat wajar bagi orang tua ingin melindungi
anak dari perasaan seperti itu," kata Debbie Glasser, Ph.D., direktur,
Family Support Services di Mailman Segal Institute for Early Childhood Studies,
Nova Southeastern University, Fort Lauderdale, AS. "Tapi mengatakan jangan
tidak membuat anak merasa lebih baik, dan dapat juga mengirim pesan bahwa
emosinya sesuatu yang terlarang."
Sebagai gantinya Anda bisa mengatakan, "Kamu sedih tidak diajak
bermain oleh Bayu?" atau "Kamu marah mainanmu direbut?" Dengan
menamai perasaan, anak Anda akan belajar memberinya kata-kata untuk
mengekspresikan dirinya. Sekaligus tanpa sadar mengajarkannya buat berempati.
Pada akhirnya, dia akan menangis lebih sedikit dan menggambarkan emosinya
sebagai gantinya.
2. "Coba contoh
kakakmu/adikmu"
Mungkin tampak membantu jika anak Anda dapat melihat contoh nyata dari
saudara kandungnya atau teman. "Rara pintar yah, bisa pake sepatu
sendiri." Anak-anak berkembang dengan fasenya sendiri. Membandingkan anak
Anda kepada orang lain menyiratkan bahwa Anda tak menginginkannya serta merusak
kepercayaan dirinya. Sebaliknya, dorong prestasi dia saat ini: "Wow, kamu
mencuci tangan sebelum makan tanpa mama minta, hebat!" Ingat membandingkan
dengan saudaranya hanya akan memicu kekesalan dan membakar perasaan iri. Jangan
heran kalau Anda justru dibuat pusing dengan pertengkaran mereka tiap hari.
3. "Berhenti atau mama pukul!"
Dalam mendisiplinkan anak, ancaman itu jarang efektif. Anda mengancam
dengan peringatan seperti "Ayo berani ulangi lagi, Mama pukul!" Cepat
atau lambat anak akan belajar bahwa ancaman itu tak pernah terjadi. Akhirnya
ancaman Anda kehilangan kekuatannya. Lebih buruk lagi justru membuat Anda
tambah frustasi, akhirnya malah memukul. Akan lebih efektif jika
melakukan pengalihan. Caranya dengan membawa anak pergi dari situasi
tersebut.
Misalnya, ia mengamuk di toko mainan karena tidak diturutin kemauannya.
Daripada Anda bereaksi dengan membentak, mengancam, melotot, langsung saja
ambil tindakan dengan menggendong anak Anda keluar dari toko, bawa ke tempat
lain, lakukan time out setelah tenang beri pengertian. Cara ini terbukti lebih
efektif.
4. "Tunggu sampai Ayah
pulang!"
Pengasuhan tipe ini adalah jenis lain dari tipe mengancam. Seperti halnya
mengancam, cara ini tidak efektif. Bila Anda ingin pesan Anda sampai pada
anak, disiplin harus dilakukan saat itu juga, bukan nanti. Saat anak Anda
berulah, bersikap tidak baik, langsung beri konsekunsinya. Disiplin yang
ditunda tidak mengajarkan konsekuensi tindakan salah pada anak. Kemungkinan
besar yang terjadi saat si ayah pulang, anak Anda sudah lupa kejadian yang
tadi. Akibat buruk lainnya, bila ini sering Anda lakukan, Anda akan kehilangan
otoritas di mata anak Anda.