Meski tampak serupa, semut terbagi dalam banyak spesies berdasarkan gaya hidup dan ciri-ciri fisiknya. Makhluk hidup ini sebenarnya memiliki sekitar 8.800 spesies. Setiap spesies juga memiliki sifat yang patut dikagumi. Sekarang mari kita bahas beberapa spesies tersebut, gaya hidup dan ciri-cirinya.
Semut Pemotong Daun
Semut pemotong daun sedang bekerja. |
Ciri-ciri khusus semut pemotong daun, yang
juga disebut "Atta", adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang mereka
potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang sangat besar
dibandingkan ukuran tubuh mereka. Daun ini mereka tahan dengan dagu yang terkatup
rapat. Oleh karena itu, perjalanan pulang semut pekerja setelah bekerja seharian
memberi pemandangan sangat menarik. Orang yang melihatnya akan merasa seolah lantai
hutan menjadi hidup dan berjalan. Di hutan hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar
15 persen produksi daun. Alasan mereka membawa potongan
daun tentu saja bukan untuk perlindungan dari matahari. Semut ini juga tidak memakan
potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan begitu banyak daun?
Ternyata Atta menggunakan daun untuk memproduksi
jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam tubuh mereka
tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut pekerja menumpuk
potongan daun setelah ia kunyah, dan ia simpan di ruang-ruang dalam sarang di
bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun. Dengan ini, mereka
memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur.
Namun,
jika Atta disingkirkan, kebun itu biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur
liar. Lalu, bagaimana Atta, yang membersihkan kebunnya hanya sebelum "penanaman",
terlindung dari jamur liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu
disiangi tampaknya bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos
saat mereka mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat
pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat pendukung
pertumbuhan untuk jamur yang tepat. Yang harus direnungkan
adalah: Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah mungkin, pada
suatu hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya dan mengunyah-nya?
Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini mirip bubur ini di
atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan merupakan lahan yang
cocok? Dan semut lain membawa potongan jamur dan menanamnya di situ? Dan akhirnya
semut itu tahu di situ akan tumbuh sejenis makanan yang dapat mereka makan, sehingga
mereka mulai membersihkan kebun, membuang bahan yang tak perlu, dan me-manennya?
Lalu mereka menyampaikan proses ini kepada seluruh kolo-ni satu per satu? Selain
itu, mengapa mereka membawa semua daun itu ke sarang meskipun tak dapat mereka
makan?
Selanjutnya, bagaimana semut ini mampu menciptakan air liur
yang mereka gunakan saat mengunyah daun untuk memproduksi jamur? Kalaupun
misalnya mereka entah bagaimana dapat membentuk air liur ini, dengan informasi
apa mereka dapat memproduksi antibiotik dalam air liur mereka yang mencegah
terbentuknya jamur liar? Bukankah diperlukan pengetahuan ilmu kimia yang
signifikan untuk bisa mencapai proses seperti itu? Andaipun mereka memiliki
pengetahuan itu - yang mustahil terjadi - bagaimana mereka bisa mene-rapkannya
dan mem-buat air liur mereka memiliki ciri-ciri zat antibiotik ini?
Akibat
simbiosis antara semut pemotong daun dan jamur, semut memperoleh
protein yang mereka butuhkan untuk gizi dari tunas jamur yang mereka
tanam di daun. Di atas terlihat kebun jamur yang dirawat semut.
1) Di dalam sarang, pekerja yang
lebih kecil memotong daun kecil-kecil.
2) Kasta berikut mengunyah potongan ini menjadi
pulp dan memupuknya dengan simpanan cairan feses yang kaya enzim.
3) Semut-semut lain menyediakan pasta daun subur
di atas lapisan daun kering di ruang baru.
4) Kasta lain mengangkut potongan jamur dari ruang
lama dan menanamnya dalam pasta daun. Potongan jamur dioleskan pada
pasta daun seperti lapisan gula kue.
5) Kasta kerdil berkerumun
membersihkan dan menyiangi kebun, lalu memanen jamur untuk dimakan semut lain.
|
Jika kita pikirkan bagai-mana semut dapat mewujudkan peristiwa
mukjizat ini, akan muncul ratusan pertanyaan serupa, yang satu pun tak
ada jawabannya.
Di lain pihak, jika di-berikan satu penjelasan, semua pertanyaan
ini bisa dijawab. Semut telah di-rancang dan diprogram untuk mengerjakan
tugas yang mereka laksanakan. Peristiwa yang diamati tadi sudah cukup
untuk membuktikan bahwa semut dimunculkan, dengan mengetahui ilmu pertanian.
Pola perilaku kompleks seperti ini bukanlah fenomena yang bisa berkembang
bertahap seiring waktu. Pola-pola ini adalah hasil dari pengetahuan yang
komprehensif dan kecerdasan yang tinggi. Maka dari itu, klaim evolusionis
bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring waktu dan organ yang diperlukan
berkembang melalui mutasi, kini tampak sama sekali tidak masuk akal. Tentu
hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada semut dari hari pertama,
dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang menakjubkan ini. Allahlah
sang Pencipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan suatu
gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita membicarakan
suatu makhluk hidup tanpa kemampuan berpikir, tetapi tetap saja dapat
menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi.
Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.
Lalu, apa arti semua ini?
Jawabannya hanya satu dan sederhana: Jika hewan ini tidak
memi-liki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya melakukan apa yang
ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok lain. Sang Pencipta,
yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu melakukan hal-hal
di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia me-nunjukkan keberadaan-Nya
dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham Allah
dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.
Dalam
gambar di bawah, seekor Atta, ditemani penjaganya yang berukuran kecil, membawa
selembar daun. |
Sebenarnya, hal serupa terlihat di seluruh dunia hewan.
Kita ber-temu berbagai makhluk yang menampilkan kecerdasan yang sangat
tinggi meskipun mereka tak memiliki pikiran yang mandiri atau kapa-sitas
nalar. Semut adalah salah satu hewan yang paling mencolok dan seperti
hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai dengan program yang diberikan
oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan kearifan dan kekuasaan
si Pemilik Kehendak, yakni Allah.
Sekarang mari kita lanjutkan meninjau keterampilan unggul
semut, yang memiliki pengetahuan dasar.
Metode Pertahanan Atta yang Menarik
Pekerja berukuran sedang dari koloni semut pemotong daun
melewatkan hampir seluruh hari mereka membawa daun. Mereka jadi sulit
membela diri selama kegiatan ini, karena mereka memegang daun dengan dagu
yang biasa mereka gunakan untuk membela diri. Jadi, jika mereka tak mampu
membela diri, siapa yang melindungi mereka?
Telah diamati bahwa semut pekerja pemotong daun selalu berjalan
ditemani pekerja yang berukuran lebih kecil. Pada mulanya ini diper-kirakan
hanya kebetulan. Lalu, alasan di balik hal ini diteliti dan temuan-nya,
yang merupakan hasil analisis yang panjang, adalah contoh kerja sama yang
menakjubkan.
Semut berukuran sedang, yang bertu-gas
membawa daun, menggunakan sis-tem pertahanan yang menarik untuk melawan jenis
lalat musuh. Lalat musuh ini memilih tempat khusus untuk berte-lur pada kepala
se-mut. Tempayak yang menetas dari telur ini akan mema-kan kepala semut, dan pada
akhirnya memenggalnya. Tanpa asistennya yang kecil, semut pekerja tak berdaya
melawan spesies lalat yang selalu siap menyerang ini. Dalam keadaan normal, semut
mampu mengusir lalat yang mencoba mendarat di tubuh mereka dengan rahang setajam
gunting. Namun, ia tak dapat melaku-kannya selagi membawa daun. Oleh karena itu,
ia menaruh semut lain pada daun yang dibawanya untuk membelanya. Jika diserang,
para penjaga kecil ini bertarung melawan musuh.
Jalan Raya Atta
Jalan yang digunakan Atta, saat membawa pulang daun yang
me-reka potong, mirip jalan raya mini. Semut yang merayap perlahan di
jalan ini mengumpulkan semua ranting, kerikil kecil, rumput, dan tumbuhan
liar dan menyingkirkannya ke satu sisi. Dengan demikian, mereka membuat
jalan bersih bagi mereka sendiri. Setelah lama bekerja secara intensif,
jalan raya ini menjadi lurus dan mulus, seolah dibangun dengan alat khusus.
Selagi membawa daun yang mereka potong, Atta membersihkan
jalan yang mereka gunakan dari segala macam potongan ranting, kerikil, dan sisa
rumput. Jadi, mereka menyiapkan semacam “jalan raya” bagi diri mereka
sendiri.
|
Koloni Atta terdiri atas pekerja sebesar
butir pasir, prajurit yang beberapa kali lipat lebih besar, dan "pelari maraton"
berukuran sedang. Pelari maraton ini berlari membawa potongan daun ke sarang.
Semut-semut ini begitu rajin sehingga, dengan ukuran manusia, setiap pekerja bagaikan
orang yang berlari menempuh jarak satu mil per empat menit sepanjang 50 km, sambil
memanggul 227 kg di bahunya.
Dalam sarang Atta, ada ruang-ruang sebesar
kepalan tangan sedalam hingga 6 meter. Pekerja mini bisa memindahkan sekitar 40
ton tanah saat menggali sejumlah besar ruangan dalam sarang mereka yang besar. Pembangunan sarang selama beberapa tahun oleh semut ini memiliki tingkat kesulitan
dan standar profesionalisme tinggi yang setara dengan pembangunan Tembok Besar
Cina oleh manusia.
Inilah bukti bahwa Atta tidak bisa dipandang sebagai makhluk
seder-hana yang biasa. Semut, pekerja sangat keras, mampu merampungkan
tugas rumit yang sulit dilakukan manusia. Sesungguhnya satu-satunya Pemilik
kekuasaan yang bisa memberi mereka keterampilan seperti ini adalah Allah.
Sungguh tidak logis jika kita mengatakan bahwa mereka memperoleh semua
keterampilan ini sendiri dan dengan kemauan sendiri.
Teknik Semut Atta Memotong Daun
Saat
semut memotong daun dengan mandibula (rahang), seluruh tubuhnya bergetar. Para
ilmuwan mengamati bahwa getaran ini mem-buat daun diam, sehingga memudahkan pemotong-an.
Pada saat yang sama, bunyi ini dapat menarik perhatian para pekerja lain - semuanya
betina - ke tempat tersebut untuk me-nyelesaikan memotong seluruh daun. Si semut menggosokkan dua organ kecil pada perutnya untuk menghasilkan getaran
ini, yang bisa didengar manu-sia sebagai bunyi yang sangat lirih. Getaran ini
di-kirim melalui tubuh hingga mencapai mandibula se-mut yang mirip arit. Dengan
menggetarkan bokongnya secara cepat, semut ini memotong daun berbentuk sabit dengan
menggetarkan mandibula, mirip dengan pisau listrik.
Teknik ini memudahkan pemotongan daun. Namun, diketahui
bahwa getaran ini juga memiliki tujuan lain. Seekor semut yang memotong
daun akan menarik semut lain ke tempat yang sama karena banyak tumbuhan
lain di daerah tempat tinggal Atta beracun. Karena menguji setiap daun
oleh masing-masing semut merupakan prosedur yang berisiko tinggi, mereka
selalu pergi ke tempat di mana semut lain telah berhasil merampungkan
tugas mereka.
Semut Penenun
Semut penganyam hidup di pohon, membangun sarang dari daun.
Dengan mengombinasikan daun, mereka mampu membentuk satu sarang di beberapa
pohon, sehingga bisa mendukung populasi yang jauh lebih besar.
Tahap-tahap pembangunannya menarik. Pertama,
pekerja mencari sendiri-sendiri lokasi di wilayah koloni yang cocok untuk perluasan.
Kalau menemukan batang yang cocok, mereka menyebar ke dedaunan batang tersebut
dan menarik dedaunan itu dari samping. Setelah berhasil membengkokkan sebagian
daun, para pekerja di dekatnya bergerak menghampiri dan menarik daun itu bersama-sama.
Jika daunnya lebih lebar daripada ukuran semut, atau jika perlu menarik dua daun
sekaligus, para pekerja membentuk jembatan hidup di antara dua titik yang akan
disatukan. Setelah itu, sebagian semut dalam rantai ini menaiki pung-gung semut
di sebelahnya, sehingga memendekkan rantai, dan ujung-ujung daun pun disatukan.
Ketika daun sudah berbentuk tenda, sebagian semut terus memegang daun dengan kaki
dan rahang, sementara yang lain kembali ke sarang lama dan membawa ke situ larva
yang dibesarkan secara khusus. Para pekerja menggosokkan larva maju-mundur pada
penyatuan daun, dengan menggunakan larva sebagai sumber sutra. Dengan sutra yang
disekresikan dari lubang di bawah mulut larva, daun-daun pun menempel di tempat
yang diperlukan. Artinya, larva diguna-kan sebagai mesin jahit.
Sarang daun yang disiapkan untuk memenuhi semua persyaratan.
|
Larva ini, yang dibesarkan untuk tali sutranya,
memiliki kelenjar sutra yang lebih besar dari rata-rata, tetapi mudah dibawa karena
ukuran-nya lebih kecil. Larva ini memberikan semua sutranya untuk kebutuhan koloni,
alih-alih menggunakannya sendiri. Alih-alih memproduksi sutra perlahan-lahan dari
kelenjar sutra tersebut, mereka menyekresi sutra da-lam jumlah besar pada satu
saat tertentu, dan bahkan tidak membangun kepompong sendiri. Selama sisa hidupnya,
semut pekerja akan melaku-kan apa-apa yang biasa dilakukan larva untuk mereka.
Kenyataannya, larva ini hidup hanya sebagai "produsen sutra".
Bagaimana semut dapat mengembangkan kerja sama seperti ini
tak bisa dijelaskan oleh para ilmuwan. Hal lain yang tak dapat dijelaskan
adalah bagaimana perilaku ini pertama kali muncul selama masa evolusi
yang diduga orang. Prinsip-prinsip dasar evolusi tidak akan dapat men-jelaskan
bagaimana hal-hal yang begitu canggih dan bermanfaat seperti halnya fenomena
sayap serangga, mata vertebrata, dan mukjizat biologis lainnya bisa berkembang
melalui evolusi dari makhluk hidup pertama. Ini merupakan jalan buntu
bagi para pembela evolusi.
Tentu
saja tidak logis kalau kita mengatakan bahwa pada suatu hari para larva
berkumpul dan berkata, "Sebagian di antara kita harus memproduksi sutra
untuk memenuhi kebutuhan seluruh koloni, jadi mari kita sesuaikan berat
dan kelenjar sutra kita untuk itu." Teori seperti ini tentu bukan teori
yang cerdas. Oleh karena itu, kita harus mengakui bahwa larva itu diciptakan
dengan mengetahui apa yang harus dilakukan. Dengan kata lain, Allah, yang
menciptakan larva ini, membentuk mereka sedemikian sehingga mereka cocok
untuk tugas mereka.
Semut Pemanen
Sebagian semut, seperti yang telah disebutkan, adalah "petani"
kawakan. Di antaranya bisa disebut semut pemanen, selain Atta yang kita
bahas sebelumnya.
|
|
Semut pemanen membawa benih berkarbohidrat
ke ruangan khusus dan mengubahnya menjadi bentuk yang digunakan
sebagai gizi bagi pekerja. |
Di ruang-ruang dalam gambar di atas,
benih yang akan digunakan pada musim kemarau disimpan oleh semut
panen. |
|
Mekanisme pemberian makan di antara semut pemanen ini cukup
canggih dan rumit, jika dibandingkan dengan mekanisme pemberian makan
jenis semut lain. Mereka mengumpulkan benih dan menyim-pannya dalam ruangan
yang disiapkan secara khusus. Benih-benih ini, yang mengandung karbohidrat,
digunakan untuk memproduksi gula yang akan memberi makan larva dan pekerja
lain. Sementara banyak semut menggunakan benih dan biji sebagai makanan,
hanya semut pemanen yang memiliki sistem yang berdasarkan pada pengumpulan
dan pemrosesan benih.
Semut ini mengumpulkan benih pada musim
tumbuh dan menyim-pannya untuk digunakan pada musim kemarau. Di ruangan khusus
dalam sarang, mereka menyortir benih dari benda-benda lain yang keliru dibawa
pulang. Beberapa kelompok semut tinggal dalam sarang jam demi jam, mengunyah isi
benih sehingga menghasilkan sesuatu yang disebut roti semut. Dulu diduga bahwa
semut menggunakan proses, yang di-pelajari melalui pengalaman, untuk mengubah
karbohidrat benih menjadi gula yang akan mereka makan. Kini diketahui bahwa air
liur melimpah yang mereka sekresikan selagi mengunyah inilah yang melaksanakan
pengubahan ini.
Semut yang kita bahas di sini tentu saja belum pernah dididik
tentang ilmu kimia. Mereka pun tak mungkin tahu bahwa air liur mereka
akan mengubah benih yang mereka kumpulkan secara acak menjadi gula yang
dapat mereka makan. Namun, kehidupan semut ini bergantung pada serangkaian
perubahan kimiawi yang tak mereka ketahui dan tak mungkin bisa mereka
ketahui. Kalau manusia pun tidak tahu proses perubahan yang terjadi dalam
tubuh semut ini - dan baru memahami perinciannya dalam beberapa tahun
terakhir - bagaimana semut bisa makan melalui metode ini selama beribu-ribu
tahun?
Semut Madu
Banyak
jenis semut yang diberi makan de-ngan buangan pencerna-an aphid (serangga
daun) yang disebut "madu". Zat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan madu
biasa. Akan tetapi, bu-angan pencernaan kutu ini - yang memakan getah
tumbuhan - dina-mai demikian karena mengandung gula dalam kadar tinggi.
Jadi, para pekerja spesies ini, disebut semut madu, mengumpulkan madu
dari kutu, biji (coccidae), dan bunga. Metode semut mengumpulkan dari
kutu sangat menarik. Si semut mendekati kutu dan mulai mendorong perutnya.
Kutu memberikan setetes buangan kepada semut. Semut mulai mendorong perut
kutu lagi untuk mendapat madu lebih banyak, lalu menyedot cairan yang
keluar. Lalu bagaimana mereka memanfaatkan makanan bergula ini, dan apa
manfaat makanan ini bagi mereka kemudian?
Ada pembagian kerja yang hebat di antara semut madu pada
fase ini. Sebagian semut digunakan sebagai "guci" untuk menampung nektar
yang dikumpulkan para pekerja lain!
Dalam
setiap sarang terdapat satu ratu, para pekerja, dan juga para penampung madu.
Koloni semut jenis ini biasanya terletak di dekat pohon ek kerdil, yang dapat
diambil nektarnya oleh para pekerja. Pekerja menelan nektar itu dan membawanya
ke sarang. Nektar itu lalu ia keluarkan dari mulutnya dan ia tuangkan ke mulut
pekerja muda yang akan menampung madu ini. Pekerja muda ini, yang dinamai pot
madu, menggunakan tubuh mereka sendiri untuk menyimpan makanan cair manis yang
sering diperlukan koloni untuk melewati masa sulit di gurun pasir. Mereka diberi
makanan hingga membengkak sampai sebesar bluberi. Lalu mereka bergantungan di
langit-langit ruangan seperti bola kuning, sampai mereka dipanggil untuk memuntahkan
nektar itu untuk saudaranya yang lapar. Selagi menempel
pada langit-langit, mereka mirip dengan kelompok anggur kecil dan tembus cahaya.
Jika mereka jatuh, para pekerja langsung mengem-balikannya ke posisi semula. Madu
dalam pot madu beratnya hampir 8 kali lipat berat si semut.
Pada
musim dingin atau musim kemarau, pekerja-biasa mengunjungi pot madu untuk
memenuhi kebutuhan makanan sehari-hari. Semut pekerja menempelkan mulutnya
pada mulut si "pot", yang mengeluarkan setetes madu dari tempat penyimpanannya
de-ngan mengerutkan otot. Pekerja memakan madu yang bernilai gizi tinggi
ini sebagai makanan pada musim sulit.
Sungguh menarik dan menakjub-kan bahwa ada makhluk hidup
yang berat tubuhnya mencapai 8 kali lipat beratnya sendiri, setelah memutuskan
untuk menjadi pot madu, dan mampu hidup bergantung pada kakinya tanpa cedera.
Mengapa mereka merasa perlu menerima tugas yang begitu sulit dan berbahaya? Apakah
mereka memikir-kan sendiri teknik penyimpanan yang unik ini, dan mengendalikan
perkembangan tubuh mereka sesuai dengan itu? Pikirkan saja, semen-tara manusia
tak bisa mengendalikan perkembangan sekecil apa pun pada tubuhnya, bagaimana bisa
semut, yang tak memiliki otak dalam arti sebenarnya, melakukan ini sendiri?
Seperti yang diperlihatkan pada gambar di atas, pot madu
yang telah membengkak karena menyimpan makanan ini bentuknya mirip seperti anggur.
|
Semut madu menampilkan perilaku yang tak dapat dijelaskan
teori evolusi. Sangat tidak masuk akal mempertahankan bahwa mereka mengembangkan
metode penyimpanan madu dan organ yang dibutuh-kannya secara kebetulan.
Malah, dalam sumber-sumber ilmiah, kita ba-nyak menemukan pernyataan realistis
mengenai hal ini dan topik-topik serupa. Misalnya saja, ambil penjelasan
Prof. Etienne Rabaud, Direktur Institut Biologi dari Universitas Paris:
Contoh-contoh ini (misalnya
semut madu) menunjukkan dengan jelas bahwa tidak mungkin berbagai organ berkembang
untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu makhluk hidup, meskipun wujud mereka
sebelumnya telah menimbulkan perilaku dan tugas tertentu yang dilaksanakan dan
kadang tidak. Ini menunjukkan bahwa organ tidak berkembang dari penyesuaian diri
makhluk hidup dengan kondisi hidupnya. Sebaliknya, kondisi hidup muncul dari wujud
semula organ tersebut dan dari fungsi-fungsi yang telah kita lihat. Pertanyaan
berikut bisa ditanyakan seperti pernah ditanyakan Darwin: Apakah peristiwa membersihkan,
menyiangi individu yang sudah tak mampu hidup, atau adaptasi organ menuruti kondisi
baru, terjadi dalam evolusi ini? Menurut kami, peristiwa itu mem-buktikan bahwa
evolusi seperti ini, atau perubahan seperti ini, tidak terjadi. Malah, yang terjadi
adalah fenomena yang sama sekali berbeda.
Penjelasan Profesor Rabaud ini menunjukkan dengan jelas
kesim-pulan yang dapat dicapai oleh siapa saja yang berpikir dengan hati
nuraninya sejenak. Satu-satunya Pencipta yang merupakan sumber sejati
pengetahuan dan kecerdasan telah menciptakan segala makhluk hidup dengan
organ dan perilaku yang sempurna. Kebenaran ini telah di-ungkapkan dalam
Al Quran sebagai berikut:
"Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang
Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling Baik. Bertasbih kepada-Nya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
(QS. Al Hasyr, 59: 24) !
Semut Kayu
Semut kayu terkenal dengan bukit yang mereka
bangun dari daun cemara dan cabang tipis di atas sarang bawah tanah mereka. Sarang
ini biasanya ditemukan di sekitar batang pohon. Bagian sarang yang di atas tanah,
terbuat dari ranting, tangkai daun, dan daun cemara, adalah atap sarang. Atap
ini, yang mencapai dua tinggi meter, mencegah peresapan air hujan ke dalam dan
mengatur suhu sarang dalam cuaca yang sangat panas atau sangat dingin.
Dalam gambar ditunjukkan sebuah sarang semut kayu. Tinggi
sarang yang dibangun semut kayu dari daun cemara dan ranting dapat mencapai kira-kira
dua meter.
|
Semut kayu, seperti semut lain, juga rajin bekerja. Mereka
selalu saja menghias ulang sarang. Mereka memindahkan lapisan permukaan
semula ke lapisan bawah secara bertahap dan mereka menaikkan material
dari lapisan bawah untuk mengganti lapisan atas. Ada pengamatan menarik
tentang perubahan yang dibuat semut pada sarang. Cat biru disemprotkan
ke puncak bukit sarang dan empat hari kemudian diamati bahwa puncak bukit
sudah kembali coklat. Partikel biru ditemukan 8-10 cm di bawah permukaan.
Dalam sebulan partikel ini turun hingga kedalaman 40 cm. Selanjutnya,
partikel ini mencapai lagi permukaan.
Nah, apakah semut melakukan proses pemindahan sinambung
ini hanya untuk iseng? Tidak. Para peneliti menjelaskan mengapa semut
kayu melakukan tindakan terus-menerus ini: Gerakan terus-menerus ini mengeringkan
zat lembap di dalam lapisan permukaan dan mencegah terbentuknya jamur.
Kalau tidak, sarang semut ini akan dihuni jamur yang berbahaya.
Dalam situasi seperti ini ada dua kemungkinan. Salah satunya
adalah zaman dulu sekali, dengan penelitian sendiri, semut menemukan fakta
bahwa jamur berkembang dalam lingkungan lembap (sesuatu yang ditemukan
manusia sebagai hasil penelitian ilmiah jangka panjang), dan mengembangkan
metode paling rasional untuk melenyapkan masalah ini! Kemungkinan lain
adalah pemikiran dan penerapan proses yang sempurna ini hanya mungkin
melalui ilham oleh kecerdasan yang lebih tinggi. Kasus pertama jelas mustahil.
Dia yang telah mengilhami semut untuk melindungi diri mereka dari jamur
dan menunjukkan caranya tentu saja adalah Allah yang Mahakuasa.
Pelbagai Metode Reproduksi Semut Kayu
Para pejantan dan ratu semut kayu bersayap. Namun, mereka
tidak melakukan penerbangan kawin seperti spesies semut kecil lain. Perkawinan
dilakukan di permukaan sarang atau tempat lain yang dekat. Setelah kawin, ratu
mencabut sayapnya dan melakukan salah satu dari tiga hal berikut:
Semut kayu dipersenjatai dengan baik untuk perang.
Saat berhadapan dengan bahaya, semut kayu membengkokkan bagian bawah
perutnya dari antara kakinya dan menyemprotkan asam format kepada
musuhnya. Atau, saat bertarung, ia menggigit musuhnya dengan dagunya
yang tajam dan menyuntikkan asam dalam luka tersebut. Dengan keunikan
ini, hewan ini bertindak seperti senjata kimiawi.
|
(1) Ia kembali ke sarang tempatnya semula
hidup sebagai larva dan meninggalkan telurnya di sana.
(2) Kadang ia meninggalkan sarang dengan diangkut para pekerja,
mencari tempat baru untuk membangun sarang.
(3) Jika pergi sendiri, ia memasuki sarang semut lebih kecil
dari spesies yang berhubungan, misalnya semut hitam Formica
Fusca, dan menggantikan
ratu di sana. Ratu meninggalkan telurnya untuk dirawat para pekerja F. Fusca di
sana. Untuk beberapa lama, di sarang terdapat pekerja tamu dan pekerja tuan rumah.
Namun, karena tuan rumah tak punya ratu, lambat laun para pekerjanya mati dan
ratu kayu memperoleh sarang jadi tanpa perlu melakukan apa-apa.
Dalam taktik semut kayu ratu yang dibahas pada bagian 3,
diamati adanya kesadaran yang jernih. Namun, jelas kesadaran itu tak mungkin
dimiliki semut itu sendiri. Semut ratu belum pernah melihat tempat lain
selain beberapa meter persegi dalam sarangnya. Dia masuk ke dalam koloni
yang belum pernah ia lihat atau ketahui sebelumnya, dan ia tahu siapa
yang harus ia singkirkan dalam koloni tersebut. Ia melakukan hal ini dengan
mengatasi segala rintangan. Semua faktor ini membuktikan tanpa ragu lagi
bahwa semut ratu ini bertindak menuruti ilham. Fenomena yang disebut di
atas adalah bukti jelas akan kekuasaan dan kekuatan Allah atas segala
makhluk hidup.
Semut Legiun
Salah satu hewan yang paling ditakuti di hutan adalah semut
legiun. Komunitas semut ini dinamai "pasukan" karena tindakan mereka me-miliki
disiplin militer sejati.
Semut legiun adalah hewan karnivora. Mereka melahap segala
sesuatu yang terlihat. Setiap semut panjangnya 6-12 milimeter, tetapi
jumlah mereka yang besar dan disiplin mereka mengimbangi keku-rangan mereka
dari segi ukuran.
Sinar matahari langsung dapat membunuh
semut legiun dalam wak-tu singkat. Oleh karena itu, mereka berjalan di malam hari
atau dalam bayang-bayang. Karena peka cahaya, mereka menggali terowongan pan-jang
saat bergerak maju. Sebagian besar semut berlari dalam terowongan ini tanpa keluar.
Hal ini tidak mengurangi kecepatan mereka, karena mereka dapat menggali terowongan
sangat cepat dengan rahang mereka yang kuat. Karenanya, mereka lari secara cepat
dan rahasia. Semut legiun bergerak sebagai pasukan yang sangat besar, melintasi
segala hambatan kecuali api dan air, meskipun mereka buta sama sekali.
Semut legiun yang telah membentuk sarang sementara
dengan saling bergantung pada kaki.
|
Semut legiun mengoyak mangsanya di tempat
mereka bertemu, dan membawa potongan mangsa kecil-kecil ke sarang sementara. Makanan
yang dibutuhkan koloni semut legiun cukup banyak. Kebutuhan sehari-hari koloni
ukuran sedang, yang terdiri atas 80.000 semut dewasa dan 30.000 larva, kira-kira
sekitar 2,27 liter makanan produk hewan.
Karena tidak memiliki sarang tetap, semut
legiun selalu berpindah-pindah. Gerakan dan migrasi koloni bergantung pada daur
produksi telur. Ratu menghasilkan sekitar 25-35.000 telur selama dua hari setiap
bulan. Beberapa hari sebelum bertelur, koloni berhenti dan berkumpul di daerah
luas. Semut saling bergantungan dengan kaki yang berbentuk kait dan membentuk
sarang sementara. Ruang kosong di tengah meru-pakan ruangan, yang siap untuk didiami
ratu dan generasi baru. Wajarnya, kaki dan sendi semut di puncak harus menerima
beban berlebihan. Namun, karena tubuh mereka dibentuk mampu dibebani berat beberapa
ratus kali dari berat mereka sendiri, mereka dapat menahan seluruh koloni tanpa
masalah.
Guna berburu seefisien mungkin, semut menye-suaikan
gerakan mereka dengan kebutuhan anak-anak semut yang sedang berkembang, berganti-ganti
antara fase menetap dan berpindah-pindah. Pada masa istira-hat sekitar 20 hari,
ratu yang gemuk dan tidak dapat bergerak menghasilkan 50.000 hingga 100.000 telur
sementara anak-anak lain berada dalam tahap kepom-pong yang diam. Sebagian besar
hari dilewatkan para pekerja mencari makanan untuk mereka sendiri dan ratu, melakukan
serangan singkat dari sarang dengan pola seperti mawar. Pada setiap serangan mereka
mengubah arah sebesar rata-rata 123 derajat, sehingga menghindari menyisir lahan
yang sama.
Semut bisa tidak keliru menghitung 123 derajat,
sesuatu yang tak dapat dihitung manusia tanpa alat. Ini seolah menunjukkan pengetahuan
matematika yang teliti. Namun, semut tidak mengenal matema-tika, berhitung pun
tak dapat. Ini menunjukkan bahwa tindakan mereka dilakukan menurut ilham istimewa,
dan tidak secara sadar.
Dengan
saling berkaitan, semut pasukan menciptakan sarang hidup. Karena
senantiasa bergerak, koloni semut pasukan tidak membuat rumah permanen
di tanah atau pohon. Akan tetapi, setiap malam pekerja berkumpul
untuk membuat naungan dari tubuh mereka sendiri. Pertama, beberapa
ekor semut memilih benda di dekat tanah, misalnya batang, lalu bergantung
dari benda itu dengan saling berkaitan cakar. Semut lain tiba, berlari
menuruni untaian, dan mengaitkan cakar sampai untaian menjadi tali
yang dapat bergabung menjadi kumpulan selebar satu meter yang disebut
bivak; rumah mereka merupakan seluruh koloni dari 200.000 hingga
750.000 individu. Di tengah-tengah sang ratu beristirahat bersama
anak-anaknya. Pada pagi hari semut mulai melepaskan kaitan untuk
keluar dan mencari mangsa. |
Saat larva pertama menetas, para pekerja me-ngumpulkan makanan
sementara komunitas tetap di tempat. Potongan makanan langsung diberikan
ke-pada larva. Siapnya ratu bertelur lagi biasanya ber-samaan dengan transisi
larva sebelumnya ke tahap kepompong. Pada tahap ini komunitas berhenti
lagi. Serempaknya waktu bertelur ratu dan pindahnya larva ke tahap pupa
menunjukkan perencanaan secara sadar karena ini mengurangi waktu berhentinya
pasukan.
Perkembangan larva mendorong semut yang
lebih tua untuk memulai daur migrasi baru. Inilah cara kerjanya: larva menghasilkan
sekresi ketika dijilat dan dibersihkan para pekerja. Penelitian menunjukkan bahwa
cairan ini efektif dalam keputusan untuk bermigrasi.
Tidak logis kalau kita mengklaim bahwa larva, yang menjadi
semut pun belum, sudah terpikir untuk menyekresi cairan itu dan mengarahkan
seluruh koloni untuk memenuhi kebutuhan mereka. Satu-satunya hal yang
dapat ditangkap pengamat yang pandai adalah keberadaan Sang Pencipta tertinggi,
serta informasi dan kekuasaan-Nya di sekeliling kita.
Semut Beludru
Semut beludru yang hidup di gurun pasir memiliki tubuh berbulu
banyak. Bulu alami mereka merupakan lapisan yang mengisolasi panas. Ia
menyimpan panas selama malam-malam dingin di gurun pasir, dan melindungi
diri dari panas di siang hari. Karena bersayap, semut beludru jantan bisa
menghindari panasnya pasir dengan terbang. Akan tetapi, semut beludru
betina harus berjalan di pasir yang panas karena tak punya sayap. Mereka
memerlukan bulu ini agar terlindung dari panas yang berasal dari tanah
maupun dari matahari.
Lalu, bagaimana menjelaskan adanya serangga yang memiliki
"bulu" untuk melindungi diri dari kondisi cuaca yang berbahaya? Mustahil
kita mengklaim bahwa hewan memperolehnya dengan beradaptasi dengan alam
sebagai proses evolusi, karena ini menimbulkan banyak pertanyaan yang
tetap tidak terjawab: Apakah semut beludru betina mati karena suhu tinggi
sebelum memiliki bulu ini? Jika memang demikian, bagaimana mereka bisa
menunggu selama beberapa generasi agar memperoleh bulu "secara kebetulan"?
Melalui kebetulan macam apa mereka mendapatkan tubuh ini?
|
|
Gambar ini memperlihatkan dua semut beludru dari
dua macam spesies. Hal yang sama dari semut beludru adalah mereka
memiliki “bulu” untuk melindungi mereka dari panasnya
lingkungan yang mereka tinggali.
|
|
Pertanyaan ini tentu saja tak berjawab, karena serangga ini
mustahil memperoleh "bulu" yang melindungi mereka dari panas melalui meka-nisme
yang terus diajukan evolusionis. Semut tak dapat hidup tanpa bulu ini
dan mereka tidak punya waktu untuk menunggu mutasi yang jarang sekali
terjadi - yang semuanya berbahaya. Jelas bahwa hewan ini telah dirancang
sejak awal untuk bertahan dalam iklim yang mereka tinggali.
Semut beludru betina mencari sarang serangga
atau sarang lebah jenis apa pun, yang dapat mereka gunakan setelah meninggalkan
tempat mereka kawin. Jika sudah menemukannya, mereka memasuki sarang. Mereka diperlengkapi
dengan cara menangkis upaya pengusiran. Pada akhirnya mereka terus tinggal dalam
sarang, karena semut beludru memiliki kaki kuat dan perisai yang memungkinkan
mereka masuk ke sarang lebah sekalipun. Cangkang luar mereka sangat tebal dan
keras. Para ahli zoologi mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk menusuk
dada semut beludru dengan jarum baja.
Setelah masuk, semut ratu beludru yang
memiliki segala macam ke-lengkapan untuk tinggal dalam sarang lebah, mulai memakan
simpanan madu. Selain itu, ia meninggalkan telurnya dalam sel pupa atau kepompong
lebah. Larva semut yang menetas memakan pupa inangnya, dan kelak menjadi pupa
juga. Lebah meninggalkan sarang pada akhir musim panas. Semut beludru melewatkan
musim dingin dalam sarang ini sebagai pupa. Menurut satu catatan, ada sarang lebah
yang berisi 76 semut beludru dan hanya dua ekor lebah. Contoh ini menunjukkan betapa semut beludru betina efektif dan berhasil dalam
menangani lebah betina. Dengan menggunakan taktik halus, semut ratu beludru menduduki
sarang dari dalam dan merebut kendali sarang itu.
Yang patut dicatat adalah bahwa semut beludru sangat mengenal
lebah, dan lebih lagi, tahu betul cara mengelabuhinya. Jadi, mungkinkah
ada sosok selain sang Pencipta lebah Yang mengilhami si ratu dengan ciri-ciri
fisik, gaya hidup, dan struktur sarang seperti lebah? Satu-satunya penjelasan
logis adalah menerima keberadaan Pencipta tunggal yang telah menciptakan
semut, lebah, dan, sesung-guhnya, segala makhluk hidup.
Semut Api
Semut api adalah se-rangga merah berukuran
kecil. Namun, mereka mampu me-lakukan hal-hal besar. Ratu semut jenis ini, yang
memiliki 20 varietas di Amerika saja, dapat memproduksi hingga 5.000 telur sehari.
Sementara banyak koloni spesies semut memiliki beberapa ratus pekerja, koloni
spesies ini memiliki sekitar setengah juta pekerja. Satu ratu semut api yang sudah
kawin dapat memproduksi sebuah koloni dengan 240.000 pekerja.
Pekerja semut api menyerang mangsa dengan sangat agresif
meng-gunakan jarum beracun. Telah diamati bahwa semut api muda dapat mencederai
atau bahkan membunuh reptil atau bayi menjangan. Selain itu, semut agresif
ini dapat memadamkan listrik dengan merusak kabel. Pernah mereka menyerang
Amerika Selatan dan mengakibatkan keru-sakan yang mengerikan. Jurnal dan
majalah tahun itu menginformasikan bahwa semut-semut ini mengunyah putus
kabel listrik sehingga listrik padam, menggagalkan panen senilai miliaran
dolar, meruntuhkan jalan tol dan menyengat manusia, mengakibatkan shock
alergi yang melum-puhkan. Mereka melakukan semua ini dengan rahang mereka
yang kuat. Mereka bahkan menggali terowongan di bawah jalan menyebabkan
jalan dan jalan tol runtuh, juga kerusakan lain di lingkungan.
Perlindungan dari Kuman
Para ahli Amerika telah mencoba berbagai cara untuk mencegah
kerusakan karena semut api. Mereka mencoba menyebarkan penyakit menular
dalam koloni dengan menyuntikkan kuman ke dalam lalat yang dimakan semut.
Namun, secara menakjubkan, diamati bahwa lalat ber-kuman itu sama sekali
tidak mencederai semut. Dalam analisis di-temukan bahwa semut memiliki
salah satu sistem pertahanan yang paling menarik di dunia makhluk hidup:
struktur di dalam leher yang melindungi mereka dari kuman
. Berkat struktur
ini, bakteri di dalam makanan apa pun yang dimakan semut tertahan di leher
dan tidak dapat memasuki tubuh.
Namun, bukan itu saja sistem perlindungan
semut api sebagai produk kecerdasan tertinggi. Mereka juga menyemprotkan cairan
antimikroba yang diproduksi dalam kantung racun mereka di sekitar sarang dan pada
larva. Dengan demikian, sarang dan larva menjadi sama sekali bebas kuman.
Walau dilengkapi sistem pertahanan luar biasa, semut-semut
ini jelas tidak menyadarinya. Dapatkah manusia yang berhati nurani mengklaim
bahwa sistem semacam ini berevolusi secara kebetulan? Juga tak dapat diklaim
bahwa semut menemukan sendiri sistem ini. Lalu siapa yang menempatkan
saringan dalam leher semut? Siapa yang mengilhami mereka memproduksi cairan
antimikroba? Tak diragukan lagi, Yang Menciptakan ciri-ciri, yang tak
dapat diciptakan manusia, semut, dan keberuntungan acak, adalah Allah
yang Mahatahu.
Semut Pekerja Keras
Semut api spesialis pertahanan juga rajin dan punya keterampilan
tinggi. Mereka dapat membangun bukit setinggi 30 cm dan selebar 60 cm,
atau menggali terowongan labirin hingga sedalam 1,5 m di bawah tanah.
Di wilayah-wilayah tertentu, semut api membangun bukit-bukit kecil hingga
lebih dari 350 buah. Kemampuan makhluk sekecil itu mem-bangun sarang sebesar
itu tentu bergantung pada kerajinannya. Jadi, apakah kekuatan yang menjadikan
semut sebagai salah satu makhluk hidup terajin di dunia? Sangat menakjubkan
bahwa mereka bekerja sepanjang hari tanpa berhenti atau beristirahat,
dan membangun sarang yang tersebar di wilayah yang luas. Tak satu pun
berkata, "Aku bekerja terlalu keras hari ini, biarkan aku beristirahat
sebentar," atau "Aku tak mau bekerja hari ini. Biarkan aku duduk di pojok
saja." Inilah topik yang harus direnungkan dengan seksama. Jangan dilupakan
bahwa manusia adakalanya menyerah karena lelah, bahkan saat mereka tahu
mereka harus menyelesaikan tugas, dan adakalanya mereka tidak memaksakan
diri karena mereka lelah atau merasa malas. Namun, semut menun-jukkan
kemauan dan upaya besar untuk merampungkan tugas yang mereka mulai hingga
berhasil. Dia yang memberi semut kemauan dan tekad ini, yang lebih kuat
daripada manusia, tentu saja adalah satu-satunya penguasa segala sesuatu:
Allah.
Penguasa Taktik yang Dapat Menembus Sistem
Pertahanan
Musuh semut api yang paling menyeramkan
adalah Solenopsis davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi, makhluk hidup yang
dapat menembus sistem pertahanan bertingkat mereka, yang bahkan sulit dipahami
manusia, adalah spesies semut lain. Tak diketahui bagaimana semut parasit ini
dapat menyusup ke dalam sarang semut api. Namun, begitu mereka masuk, semut parasit
langsung menyerang ratu dan bergantung pada antena, kaki, atau lehernya. Karena
semut pekerja biasanya harus menghancurkan setiap penyerang, fakta bahwa mereka
tidak melakukan apa-apa pada makhluk yang satu ini sulit dijelaskan. Namun ada
jawaban sederhana. Saat menempel pada leher ratu, si parasit meniru feromon ratu.
Selanjutnya, para pekerja bersusah payah memberi makan parasit yang telah menundukkan
ratu mereka.. Ratu mereka mati, sedang mereka mengira telah memberinya makan.
Semut Gurun
Sebagian besar makhluk hidup mustahil hidup di dalam pasir
membara bersuhu 65o C, termasuk manusia. Namun, ada semut yang dapat terus
hidup pada suhu ini. Nah, bagaimana Namib ocymyrmex, yang merupakan semut
gurun hitam berukuran sedang dan berkaki panjang, hidup dalam panas tinggi
ini?
Bagi semut Namib, hari biasa di gurun tidak dimulai pada
satu waktu tertentu. Yang memulai hari-hari adalah suhu permukaan pasir
standar setelah mencapai 30o C. Tepat pada suhu ini semut mulai keluar
dari sarang bawah tanah untuk mencari makanan. Karena tubuh mereka sangat
dingin, mereka tak dapat bergerak lurus dan berjalan terseok-seok. Namun,
ketika suhu meningkat, semakin banyak semut keluar dan mereka mulai bergerak
lebih lurus dan cepat. Lalu lintas tertinggi keluar-masuk sarang adalah
pada suhu 52,2o C. Ketika suhu melebihi ini, gerakan terus berlanjut,
tetapi ketika suhu mencapai 67,8o C, lalu lintas berhenti. Suhu ini dicapai
sekitar sejam sebelum tengah hari. Ketika suhu mulai turun pada sore hari,
pencarian makanan dimulai lagi dan berlanjut sehingga suhu permukaan jatuh
hingga 30o C.
Semut mungkin mencari makanan sekitar enam hari jauhnya
dari sarang tanpa dimangsa hewan apa pun. Pada masa ini mereka membawa
pulang makanan yang beratnya 15-20 kali lipat berat mereka sendiri.
Semut, yang tak bisa pulang ke sarang ketika suhu di padang
pasir sangat tinggi, menggunakan metode yang cukup menarik untuk ber-lindung
dari panas. Suhu udara menurun jika jarak semakin jauh ke atas pasir.
Misalnya jika suhu pasir 67,8o C, suhu udara sedikit di atasnya adalah
55o C. Jadi, jika suhu permukaan pasir di atas 52,2o C, semut mendaki
benda seperti tumbuhan dan berdiam di situ sementara untuk mendingin.
Suhu tubuh semut yang kecil bisa cepat turun hingga mencapai suhu sekitar.
Dalam batang pohon, suhu bervariasi antara 30 hingga 38,3o C. Jeda pendinginan
ini memungkinkan semut mencari makanan dalam panas membara, meskipun terputus-putus.
Pada suhu tinggi, jika tidak dapat menemukan tempat dingin
dalam beberapa detik, semut akan mati kepanasan. Malah, jika suhu pasir
di atas 52,2o C, mereka mengambil resiko setiap kali meninggalkan sarang.
Lalu, bagaimana semut gurun melepaskan dari kematian tak terhin-darkan
ini? Karena mereka tidak mengukur suhu dengan termometer, kita dapat berkata
bahwa mereka tercipta dengan mengetahui apa harus dilakukan pada suhu
apa dan mengetahui hal-hal ini sejak pertama kali mereka meninggalkan
sarang.
Ya, semut gurun telah diciptakan dan dilengkapi dengan kemam-puan
khusus untuk hidup di gurun. Allah, yang telah menciptakan rahang tajam untuk
semut pemotong daun, telah mengilhami semut gurun dengan pengetahuan cara melindungi
diri.
|