Total Pengunjung

Pages

       
   
Showing posts with label Penyakit Dada; Jantung; Paru-Paru. Show all posts
Showing posts with label Penyakit Dada; Jantung; Paru-Paru. Show all posts

Akibat Dari Minum Alkohol Terhadap Paru


            Penggunaan alkohol kronik akan mengganggu kadar protein yang terdapat di luar jaringan paru.
            Kondisi tersebut akan memperpendek fungsi protektif dari antioksidan, mempengaruhi ketahanan sistem imun dan memicu suatu kondisi yang disebut "Alcoholic lung", dilaporkan dari hasil penelitian yang dipresentasikan dalam suatu konferensi "Physiological Genomics and Proteomics of Lung Disease".
            Temuan ini memberikan penjelasan bagaimana alkohol membahayakan molekul-molekul paru dan memicu terjadinya penyakit yang serius, seperti pneumonia dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).
            Dalam penelitiannya mereka yang mengkonsumsi alkohol kronik akan mengalami luka yang akut pada epitel paru sehingga terjadi penurunan sinyal dari granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan penurunan permeabilitas dari epitel alveolar, dikatakan peneliti dari Emory University , Atlanta.
            Koval mengatakan mereka mencoba mengetahui kadar molekul pada penderita alcoholic lung.
            Pengguna alkohol kronik berhubungan dengan penyakit hati, namun ternyata bukan hanya hati saja yang terpengaruh namun banyak organ tubuh yang terganggu. Baru-baru ini para ahli tersebut menemukan suatu kondisi yang disebut "alcoholic lung".
            Peminum alkohol lebih memungkinkan terkena pneumonia dan dua kali lebih sering alami ARDS dibandingkan dengan mereka non alkoholik, Koval mengatakan. Penderita alcoholic lung ternyata memiliki kadar glutation yang lebih rendah. Glutation adalah suatu antioksidan yang membantu melindungi paru dari stres oksidatif.
            Tim peneliti Emory mendapatkan bahwa alkohol akan mengganggu claudin, suatu kelompok dari protein yang berperan mengatur ikatan udara dan cairan pelindung. Pelindung (Barrier) ini akan membuat udara berada di dalam paru, sehingga menjaga darah dan mempertahankan cairan tetap berada diluar paru.
            ketika protein claudin terganggu, paru akan mengalami luka atau robek. Paru-paru selalu menarik cairan keluar, namun saat penderita mengalami luka atau infeksi di paru, kemampuan untuk menahan cairan tetap diluar menghilang sehingga akhirnya terjadi pneumonia atau ARDS.
            Paraahli tersebut juga menyebutkan bahwa alcoholic lung memiliki lebih sedikit granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) reseptor dan memperkecil respon sinyal GM-CSF dari sel epitel, yang merupakan pelindung dalam dari paru. GM-CSF adalah sutu hormon yang berperan sebagai imun bagi paru.
            Dari hasil studi klinik ditemukan bahwa dengan terapi GM-CSF akan menurunkan luka paru yang akut terutama pada pasien dengan kondisi syok septik. Menurut para ahli, sel epitel paru tergantung pada GM-CSF sehingga dapat mengikat barrier udara dan air. Mereka mengatakan bahwa barrier udara dan air akan meningkat saat penderita alcoholic lung diterapi dengan GM-CSF.

Akibat Dari Minum Alkohol Terhadap Paru


            Penggunaan alkohol kronik akan mengganggu kadar protein yang terdapat di luar jaringan paru.
            Kondisi tersebut akan memperpendek fungsi protektif dari antioksidan, mempengaruhi ketahanan sistem imun dan memicu suatu kondisi yang disebut "Alcoholic lung", dilaporkan dari hasil penelitian yang dipresentasikan dalam suatu konferensi "Physiological Genomics and Proteomics of Lung Disease".
            Temuan ini memberikan penjelasan bagaimana alkohol membahayakan molekul-molekul paru dan memicu terjadinya penyakit yang serius, seperti pneumonia dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).
            Dalam penelitiannya mereka yang mengkonsumsi alkohol kronik akan mengalami luka yang akut pada epitel paru sehingga terjadi penurunan sinyal dari granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) dan penurunan permeabilitas dari epitel alveolar, dikatakan peneliti dari Emory University , Atlanta.
            Koval mengatakan mereka mencoba mengetahui kadar molekul pada penderita alcoholic lung.
            Pengguna alkohol kronik berhubungan dengan penyakit hati, namun ternyata bukan hanya hati saja yang terpengaruh namun banyak organ tubuh yang terganggu. Baru-baru ini para ahli tersebut menemukan suatu kondisi yang disebut "alcoholic lung".
            Peminum alkohol lebih memungkinkan terkena pneumonia dan dua kali lebih sering alami ARDS dibandingkan dengan mereka non alkoholik, Koval mengatakan. Penderita alcoholic lung ternyata memiliki kadar glutation yang lebih rendah. Glutation adalah suatu antioksidan yang membantu melindungi paru dari stres oksidatif.
            Tim peneliti Emory mendapatkan bahwa alkohol akan mengganggu claudin, suatu kelompok dari protein yang berperan mengatur ikatan udara dan cairan pelindung. Pelindung (Barrier) ini akan membuat udara berada di dalam paru, sehingga menjaga darah dan mempertahankan cairan tetap berada diluar paru.
            ketika protein claudin terganggu, paru akan mengalami luka atau robek. Paru-paru selalu menarik cairan keluar, namun saat penderita mengalami luka atau infeksi di paru, kemampuan untuk menahan cairan tetap diluar menghilang sehingga akhirnya terjadi pneumonia atau ARDS.
            Para ahli tersebut juga menyebutkan bahwa alcoholic lung memiliki lebih sedikit granulocyte-macrophage colony-stimulating factor (GM-CSF) reseptor dan memperkecil respon sinyal GM-CSF dari sel epitel, yang merupakan pelindung dalam dari paru. GM-CSF adalah sutu hormon yang berperan sebagai imun bagi paru.
            Dari hasil studi klinik ditemukan bahwa dengan terapi GM-CSF akan menurunkan luka paru yang akut terutama pada pasien dengan kondisi syok septik. Menurut para ahli, sel epitel paru tergantung pada GM-CSF sehingga dapat mengikat barrier udara dan air. Mereka mengatakan bahwa barrier udara dan air akan meningkat saat penderita alcoholic lung diterapi dengan GM-CSF.

Penyakit radang Paru-paru (Pneumonia) Pada Balita Yang Mematikan

            Pembunuh balita nomor satu adalah pneumonia.Perhatian masyarakat belakangan tercurah kepada kematian sejumlah korban kerusuhan di beberapa daerah.
            Coba kita melihat data statistik. Pada tahun 1996, setidaknya setiap seribu bayi yang dilahirkan terdapat enam bayi yang meninggal dunia karena penyakit pneumonia (radang paru-paru). Apa arti angka tersebut? Berarti di Indonesia ada 17 balita (anak dibawah lima tahun) perjam yang wafat karena penyakit yang dicetuskan bakteri itu. Sayangnya, meskipun pneumonia adalah penyebab kematian tertinggi pada bayi dan balita, tak banyak orang tua yang memahami penyakit tersebut. Apalagi awam tidak melihat perbedaan yang nyata antara pneumonia dan batuk pilek biasa. Padahal perbedaannya sangat nyata. Batuk pilek biasanya terjadi karena peradangan pada tenggorokan, sedangkan pneumonia terjadi karena kerusakan pada jaringan paru-paru-paru. Akibatnya pada penderita pneumonia, mereka sesak nafas, tersengal-
sengal.
            Pada bayi berusia 2 sampai 12 bulan, gejala pneumonia umumnya ditandai dengan gejala batuk dan tarikan napas cepat 50 kali atau lebih permenitnya. Adapun untuk bayi berusia satu tahun sampai lima tahun,
gejala penyakit ini harus diwaspadai, jika tarikan napas si anak 40 kali atau lebih permenitnya. Kesukaran bernapas bisa juga diamati pada dada bagian bawah si bayi. Bila dinding dada bagian bawah tertarik kedalam, itu artinya si anak tengah mengalami sesak napas. Jika terdapat gejala batuk disertai napas cepat dengan tarikan dinding dada bagian bawah kedalam waspadalah. Itu bisa berarti sang bayi tengah menderita pneumonia berat. Penderita akan memasuki tahap yang lebih parah dan berbahaya jika ia sudah tidak mau makan atau minum. Nah, kalau gejala ini dibiarkan, akan berakibat fatal berupa kematian yang cepat pada si anak.

            Untuk pendeteksian dini sebenarnya ada upaya bisa dilakukan para orang tua. Misalnya dengan cara mendekatkan telinga kemulut si bayi untuk mendengarkan "strindor", suara keras yang keluar ketika sibayi menarik napas. Suara "strindor" akan muncul jika terjadi penyempitan bagian-bagian saluran pernapasan, sehingga udara yang masuk keparu-paru terganggu. Hal yang sama bisa dilakukan untuk mendengarkan apakah ada "wheezing", yakni gejala kesulitan bernapas.

            Selain tanda-tanda tersebut, gejala perubahan fisik pun harus segera diamati oleh orang tua. Misalnya apakah si anak mengalami kekurang gizi berat yang ditandai dengan kehilangan lemak dan ototnya. Atau, ada bagian badan membengkak dan kurus, serta rambut yang tipis dan berubah warna menjadi kemerahan. Berbagai gejala fisik ini harus diwaspadai sebagai bagian dari pneumonia.

            Upaya pemberantasan penyakit pneumnia di Indonesia sendiri sudah dilaksanakan sejak 1984. Dalam hal ini, Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Permukiman Departemen Kesehatan sudah membentuk program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sampai tahun ini, mereka menargetkan kematian akibat pneumonia ini dapat turun sampai 33 persen. Untuk itiu mereka menyarankan orang tua secepatnya membawa bayi mereka ke petugas kesehatan jika menemukan gejala pneumonia pada anaknya. Sebab petugaslah yang bisa menentukan apakah si bayi mereka menderita pneumonia atau cuma batuk pilek biasa.

            Menurut Dr. Mardjanis Said, do,kter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pneumonia disebabkan oleh bakteri "Haemophilus Influenza Tipe B" dan "Streptococcus Pneumoniae". Dua jenis kuman inilah yang paling sering menyerang kekebalan tubuh bayi ataupun balita.

            Sialnya sampai saat ini, kata Mardjanis, memang belum ada jenis obat yang manjur untuk mematikan kedua jenis kuman itu. Paling banter menggunakan antibiotika. "Adaobatnya, tapi sangat tergantung pada
dosisnya", ujar Mardjanis kepada FORUM, Selasa , 2 Maret 1999.

            Penyakit pneumonia sendiri memang sangat senang menyerang bayi yang berumur kurang dari dua bulan atau yang beratnya badannya rendah (kurang 2,5 kilogram) ketika lahir. Berdasarkan penelitian, anak laki-laki lebih mudah terserang pneumonia ketimbang anak perempuan. Apalagi, jika mereka kekurangan vitamin A dan tidak mendapatkan air susu ibu yang memadai. 

Penyakit radang Paru-paru (Pneumonia) Pada Balita Yang Mematikan

            Pembunuh balita nomor satu adalah pneumonia.Perhatian masyarakat belakangan tercurah kepada kematian sejumlah korban kerusuhan di beberapa daerah.

Deskripsi Penyakit TBC



            Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

            Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
            Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.
            Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.

Penyebab Penyakit TBC
            Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Cara Penularan Penyakit TBC
            Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
            Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
            Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
            Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Gejala Penyakit TBC
            Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum
            Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus
            Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
            Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
            Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
            Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
            Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

Penegakan Diagnosis
            Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
  • Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
  • Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
  • Rontgen dada (thorax photo).
  • Uji tuberkulin.
Bagaimana mencegah agar tidak tertular kepada orang lain

1. Penderita tuberculosa paru:
  • Minum obat secara teratur sampai selesai
  • Menutup mulut waktu bersin atau batuk
  • Tidak meludah di sembarang tempat
·         Meludah di tempat yang kena sinar matahari atau di tempat yang diisi sabun atau karbol/lisol

2. Untuk keluarga:
  • Jemur tempat tidur bekas penderita secara teratur
  • Buka jendela lebar-lebar agar udara segar & sinar matahari dapat masuk
  • Kuman TBC akan mati bila terkena sinar matahari

3.Pencegahan yang lain
  • Imunisasi pada bayi
  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi

Faktor Penyakit Jantung dan Stroke & Pencegahan Sakit Jantung dan Stroke


Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian.

Penyakit jantung dan stroke sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua. Dulu memang penyakit-penyakit tersebut diderita oleh orang tua terutama yang berusia 60 tahun ke atas, karena usia juga merupakan salah satu faktor risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Namun sekarang ini ada kecenderungan juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal ini bisa terjadi karena adanya perubahan gaya hidup, terutama pada orang muda perkotaan modern.
Ketika era globalisasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, negara berkembang dapat segera meniru kebiasaan negara barat yang dianggap cermin pola hidup modern. Sejumlah perilaku seperti mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolah raga, dan stress, telah menjadi gaya hidup manusia terutama di perkotaan. Padahal kesemua perilaku tersebut dapat merupakan faktor-faktor penyebab penyakit jantung dan stroke.

Faktor-Faktor Risiko Penyakit Jantung & Stroke
Ada berbagai macam penyakit jantung, namun penyakit jantung yang umumnya ditakuti adalah jantung koroner karena menyerang pada usia produktif dan dapat menyebabkan serangan jantung hingga kematian mendadak. Penyebab penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri koroner.
Penyempitan dan penyumbatan pembuluh arteri koroner disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (kolesterol, trigliserida) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Hal ini mengurangi atau menghentikan aliran darah ke otot jantung sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri akan mempengaruhi pembentukan bekuan darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung.

Ada empat faktor utama penyebab penyakit jantung, yaitu :
  • merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun
  • kadar lemak darah (kolesterol) yang tinggi
  • tekanan darah tinggi
  • penyakit kencing manis
Seperti halnya penyakit jantung, stroke juga erat kaitannya dengan gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena ada gangguan aliran darah ke bagian otak. Bila ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-tiba dan penderitanya mengalami gangguan persarafan sesuai daerah otak yang terkena. Bentuknya dapat berupa lumpuh sebelah (hemiplegia), berkurangnya kekuatan sebelah anggota tubuh (hemiparesis), gangguan bicara, gangguan rasa (sensasi) di kulit sebelah wajah, lengan atau tungkai.
Faktor-faktor risiko untuk terjadinya stroke mempunyai kesamaan dengan faktor risiko penyakit jantung, yaitu :
  • Merokok
  • Hipertensi
  • Kadar lemak darah tinggi
  • Diabetes mellitus
  • Gangguan pembuluh darah/jantung
  • Tingginya jumlah sel darah merah
  • Kegemukan (obesitas)
  • Kurang aktifitas fisik/olah raga
  • Minuman alcohol
  • Penyalahgunaan obat (Narkoba)

Mencegah Penyakit Jantung dan Stroke dengan Pola Hidup Sehat
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dan stroke dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan faktor risiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut.
Untuk pencegahan penyakit jantung & stroke hindari obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi. Mulailah dengan mengkonsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, padi-padian, makanan berserat lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan), dan makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak jenuh lainnya. Makanan yang banyak mengandung kolesterol tertimbun dalam dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis yang menjadi pemicu penyakit jantung dan stroke.
            Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap rokok dari lingkungan. Merokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah berkurang, sehingga meningkatkan pengerasan pembuluh darah arteri, dan meningkatkan faktor pembekuan darah yang memicu penyakit jantung dan stroke. Perokok mempunyai peluang terkena stroke dan jantung koroner sekitar dua kali lipat lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
            Kurangi minum alkohol. Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan stroke terutama jenis hemoragik makin tinggi. Alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah jantung, mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri.
            Lakukan Olahraga/aktivitas fisik. Olahraga dapat membantu mengurangi bobot badan, mengendalikan kadar kolesterol, dan menurunkan tekanan darah yang merupakan faktor risiko lain terkena jantung dan stroke
            Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hipertensi merupakan faktor utama terkena stroke dan juga penyakit jantung koroner. Diabetes juga meningkatkan risiko stroke 1,5-4 kali lipat, terutama apabila gula darahnya tidak terkendali.
            Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, amfetamin, karena obat-obatan narkoba tersebut dapat meningkatkan risiko stroke 7 kali lipat dibanding dengan yang bukan pengguna narkoba.

Mencegah Penyakit Jantung dan Stroke dengan Tumbuhan Obat
            Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit jantung dan stroke mempunyai efek melancarkan sirkulasi darah dan sebagai antikoagulan yaitu mencegah penggumpalan darah, karena penyakit jantung dan stroke penyebab utamanya adalah gangguan pada pembuluh darah.
            Beberapa jenis tumbuhan Obat dan bahan alami yang dapat digunakan untuk mencegah dan mengatasi Penyakit Jantung dan Stroke antara lain :
            DAUN DEWA (Gynura segetum)
Efek farmakologis : sebagai anticoagulant, mencairkan bekuan darah, melancarkan sirkulasi darah dan membersihkan racun.
Bagian yang dipakai adalah daun dan umbinya. Dosis yang dianjurkan yaitu 15-30 gram daun segar dan 6-10 gram umbinya.
            Mengkudu (Morinda citrifolia)
Khasiat ; menurunkan tekanan darah tinggi, menurunkan kolesterol dan kadar gula darah tinggi. Khasiat tersebut dapat mencegah risiko terkena penyakit jantung dan stroke. Dosis : 2-3 buah yang matang
            BAWANG PUTIH (Allium sativum)
Efek : melancarkan sirkulasi darah, antikoagulan (mencegah pembekuan darah), menurunkan kolesterol darah, menurunkan kadar gula darah, menurunkan tekanan darah tinggi dan menambah sistem kekebalan.
            BAWANG BOMBAY (Allium cepa)
Berkhasiat mencegah pengumpalan darah, menurunkan kadar lemak darah, menurunkan kadar gula darah dan menurunkan tekanan darah.
            Jamur Kuping hitam (Auricularia auricula)
Khasiat/efek : Mencegah stroke dan pendarahan otak, baik untuk jantung dan pembuluh darah.
            Rumput laut (Laminaria japonica)
Khasiat : mencegah penyempitan pembuluh darah, menurunkan kolesterol dan tekanan darah tinggi.
            Terung Ungu (Solanum melongena L.)
Khasiat : mencegah aterosklerosis (penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah), mencegah meningkatnya kolesterol darah, menurunkan ketegangan saraf.
            Jantung pisang
Khasiat : Mencegah stroke dan pendarahan otak, baik untuk jantung dan pembuluh darah.
            Bunga Mawar (Rosa chinensis)
Khasiat/efek : melancarkan sirkulasi darah, menetralkan racun. Dosis pemakaian: 3-10 g bunga kering
            Siantan (Ixora stricta Roxb.)
Khasiat: mengecilkan bekuan darah, menurunkan tekanan darah. Dosis pemakaian : 10-15 g bunga.
           

Nyeri dada akibat penyakit jantung koroner (PJK) dialami jutaan penduduk dunia. Di Amerika, dua belas juta orang didiagnosis PJK. Di Indonesia, walaupun belum ada data nasional prevalensi PJK, dampak serius penyakit ini telah terlihat. Penyakit kardiovaskular yang di dalamnya termasuk PJK menempati urutan pertama penyebab selurah kematian yaitu 16 persen pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) 1992. Pada SKRT 1995 meningkat menjadi 18,9 persen. Hasil Suskernas 2001 malahan memperlihatkan angka 26,4 persen.
Sebagian besar PJK terjadi akibat penurunan suplai oksigen (iskemia) pada otot jantung lantaran penyempitan pembuluh koroner oleh pengerasan di dinding dalam pembuluh koroner yang disebut plak aterosklerosis. Plak berintikan lemak ini terlindungi oleh lapisan sel-sel otot polos.
Stabilitas plak aterosklerosis ditentukan oleh kuat tidaknya lapisan pelindung. Bila lapisan pelindung itu rapuh, maka plak itu mudah pecah manakala ada pemicu seperti latihan fisik yang berat, marah, stress atau bahkan hubungan intim.
Plak yang pecah akan menstimulasi proses penggumpalan darah yang dapat lebih mempersempit liang pembuluh atau bahkan menyumbatnya. Sumbatan di liang pembuluh koroner bila berlangsung lebih dari 20 menit dapat mematikan otot-otot jantung yang berujung pada disfungsi pompa jantung atau hilangnya nyawa penderita.
Hingga kini para ahli belum menemukan cara terbaik dalam mendeteksi plak yang rapuh. Diduga kuat faktor inflamasi berperan dalam proses perapuhan plak.

Pilihan Terapi
Pilihan terapi lebih didasarkan pada pertimbangan pencegahan risiko fatal PJK ketimbang sekedar menghilangkan keluhan nyeri dada. Paradigma baru dalam terapi obat-obatan penderita PJK adalah upaya stabilisasi plak dengan dosis tinggi HMG-co A reductase inhibitors atau yang lebih dikenal dengan nama statin.
Efek antiperadangan obat penurun kolesterol ini diyakini memiliki kemampuan memperkuat lapisan pelindung plak dan bahkan dapat mereduksi penyempitan.
Namun pada sebagian penderita terutama yang berisiko tinggi, obat-obatan kerap kurang ideal. Para ahli kini lebih cenderung melakukan intervensi lebih dini. Ya, mirip sikap preemptive war ala Bush. Hal ini dimungkinkan karena intervensi nonbedah pada pembuluh koroner semakin aman dilakukan dan dengan outcome yang memuaskan.
Sejak Dr. Andreas Gruentzig pada 1977 mengumumkan pertama kali keberhasilan melakukan pelebaran pembuluh koroner tanpa bedah yang disebut PTCA (Percutaneous Coronary Angioplasty) atau dikenal dengan istilah balonisasi tindakan ini semakin kerap dilakukan.        
PTCA hanya memerlukan sayatan kulit kecil di lengan atau pangkal paha untuk menyelipkan kateter pada arteri yang menuju ke muara koroner. Melalui kateter itu dimasukkan kateter lain yang mempunyai balon di ujungnya. Pada lokasi penyempitan, balon itu dikembangkan. Balon yang telah melebarkan koroner itu kemudian dikempiskan kembali dan ditarik keluar.       
Namun saat itu hingga dekade berikutnya hanya segelintir penderita yang memenuhi syarat untuk dilakukan tindakan balonisasi. Hal ini lantaran teknologi yang masih sederhana sehingga kurang begitu aman, juga angka penyempitan ulang (restenosis) pascabalonisasi dapat mencapai 40 persen. Karena itu para ahli masih memprioritaskan bedah sebagai alternatif terbaik.
Namun seiring dengan perbaikan bahan-bahan kateterisasi, struktur balon serta temuan obat-obat antipenggumpalan darah baru, maka kini tindakan ini menjadi jauh lebih aman. Angka penyempitan ulang menjadi menurun drastis setelah para ahli menyertakan pemasangan stent setelah dibalon. Stent yang berbentuk laksana cincin atau gorong-gorong ini dapat mempertahankan pelebaran yang dilakukan balon.     
Tahun-tahun terakhir ini dikenal jenis stent berlapis berbagai jenis obat yang mampu mereduksi angka penyempitan ulang hingga di bawah lima persen. Selain itu dikenal pula teknik pengerokan dan pengeboran sumbatan koroner yang mengeras termasuk penggunaan laser.
Walhasil, kini intervensi nonbedah dapat dilakukan pada berbagai kondisi PJK yang sebelumnya hanya mampu dikerjakan di meja operasi. Berbagai studi yang membandingkan secara langsung antara intervensi bedah dan nonbedah pada penderita PJK memperlihatkan hasil yang tidak berbeda bahkan pada kasus-kasus yang sulit sekalipun.
Yang masih menjadi ganjalan intervensi nonbedah adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh penderita. Harga sebuah stent berlapis obat dengan ukuran beberapa milimeter itu ada yang di atas 30 juta rupiah.
Kenyataan tersebut meyakinkan kita bahwa pencegahan memang jauh lebih murah ketimbangan pengobatan. Sayangnya perubahan ke arah perilaku sehat seringkali baru mulai disadari saat penderita terbaring tak berdaya.

Deskripsi Penyakit TBC



            Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.

Faktor Penyakit Jantung dan Stroke & Pencegahan Sakit Jantung dan Stroke


Penyakit jantung dan stroke merupakan sosok penyakit yang sangat menakutkan. Bahkan sekarang ini di Indonesia penyakit jantung menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian.

Index

 
jika ingin menyalin sebagian atau keseluruhan isi halaman ini, mohon cantumkan sumber alamat tautan ini